Thursday, September 1, 2016

Bapak Pramuka Indonesia vs Bapak Pandu Indonesia

Membaca judul artikel ini, Bapak Pramuka Indonesia vs Bapak Pandu Indonesia mungkin membuat sebagian kita bertanya-tanya. Ada apa dengan Bapak Pramuka Indonesia dan Bapak Pandu Indonesia?

Bagi sebagian anggota pramuka ada yang berpendapat bahwa kedua gelar tersebut disematkan kepada orang yang berbeda. Dimana Bapak Pramuka Indonesia disandang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX sedangkan gelar Bapak Pandu Indonesia diberikan kepada KH. Agus Salim.

Bahkan tahukah, Kakak, bahwa ada seorang tokoh pramuka lainnya yang digadang-gadang sebagai Bapak Pandu Indonesia? Ialah Dr. Moewardi, pendiri Jong Java Padvinders (yang kemudian berganti nama menjadi Pandoe Kebangsaan) dan tokoh Kepandoean Bangsa Indonesia yang sudah sejak awal menyuarakan bersatunya perkumpulan-perkumpulan Pandu saat itu dalam satu wadah.

Namun ada juga anggota pramuka yang berpendapat berbeda. Yang ada hanyalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Bahkan menganggap kedua gelar tersebut, baik Bapak Pramuka Indonesia maupun Bapak Pandu Indonesia sebagai satu gelar yang sama sehingga cukup diberikan kepada satu orang. Dalam artian, Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan Bapak Pramuka Indonesia yang otomatis dapat disebut juga sebagai Bapak Pandu Indonesia.

Bapak Pramuka Indonesia vs Bapak Pandu Indonesia

Mari kita uraikan bersama berdasarkan beberapa fakta sejarah kepramukaan di Indonesia berikut ini.

1. Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah salah satu tokoh pramuka yang perjuangannya tidak diragukan lagi dalam pembentukan Gerakan Pramuka. Beliau adalah penerima Panji Gerakan Pramuka saat pertama kali diserahterimakan oleh Presiden RI, Ir. Soekarno pada 14 Agustus 1961. Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang pertama kali. Bahkan menjabat hingga dalam empat periode berturut-turut mulai dari periode 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974.

Jasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX tidak hanya diakui di dalam negeri. WOSM (World Organization of the Scout Movement) pada tahun 1973 menganugerahinya Bronze Wolf Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari WOSM.

Bahkan kata 'pramuka' pun dicetuskan dan dipilih oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk menamai kepanduan di Indonesia. Kata pramuka ini diambil dari istilah 'paramuka' yang merupakan nama pasukan khusus dan terdepan di Keraton Yogyakarta pada jaman Penjajahan Belanda.

2. KH. Agus Salim

KH. Agus Salim

KH. Agus Salim merupakan tokoh Sarekat Islam (salah satu organisasi pelopor pergerakan nasional) yang menaruh perhatian pada pendidikan kepanduan. Beliau lah yang pertama kali mengusulkan dan menggunakan istilah 'pandu' dan 'kepanduan' untuk mengganti istilah sebelumnya 'padvinder' dan 'padvinderij' yang oleh Belanda dilarang penggunaannya bagi organisasi kepramukaan yang didirikan oleh bumiputera (orang Indonesia).

Istilah 'pandu' dan 'kepanduan' diperkenalkan pertama kali saat konggres Sarekat Islam Afdeeling Padvinderij (SIAP) di Banyumas, Jawa Tengah, pada tahun 1928. SIAP sendiri adalah organisasi kepanduan milik Sarekat Islam, Atas usul tersebut SIAP kemudian berubah kepanjangannya menjadi Sarekat Islam Afdeeling Pandoe.

3. Bapak Pramuka Indonesia


Gelar Bapak Pramuka Indonesia yang disematkan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan keputusan resmi Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka. Adalah Munas Gerakan Pramuka Tahun 1988 di Dili, Timor Timur (sekarang negara Timor Leste) yang kemudian mengangkat Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia melalui keputusan bernomor 10/Munas/1988 tentang Bapak Pramuka.

Munas merupakan forum tertinggi dengan keputusan tertinggi pula dalam Gerakan Pramuka. Sehingga penetapan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia memang memiliki dasar hukum yang sangat kuat di dalam Gerakan Pramuka.

4. Bapak Pandu Indonesia


Gelar Bapak Pandu Indonesia, oleh sebagian pihak, disematkan kepada KH. Agus Salim atas jasanya merubah istilah 'padvinder' dan 'padvinderij' yang berasal dari bahasa Belanda menjadi 'pandu' dan 'kepanduan'.

Namun harus diakui, hingga saat ini tidak ada satu ketetapan hukum pun yang mendasari penganugerahan gelar tersebut. Dalam berbagai ketetapan Munas, keputusan Kwartir Nasional, maupun peraturan perundangan lainnya di pramuka, tidak satupun yang menetapkan KH. Agus Salim sebagai Bapak Pandu Indonesia.

Bahkan tidak ditemukan siapa yang pertama kali menyatakan bahwa KH. Agus Salim sebagai Bapak Pandu Indonesia.

Tanpa mengecilkan jasa KH. Agus Salim sebagai tokoh nasional yang menaruh perhatian tinggi pada pendidikan kepanduan di Indonesia, perlu ditegaskan bahwa gelar H. Agus Salim sebagai Bapak Pandu Indonesia tidak memiliki dasar yang jelas.

5. Pandu vs Pramuka


Pandu dan pramuka sebenarnya adalah padanan kata. Pandu itu ya pramuka dan pramuka itu ya pandu.

Demikian juga halnya dengan gelar Bapak Pramuka Indonesia seharusnya sama dengan Bapak Pandu Indonesia. Sehingga cukup satu saja penyebutannya yakni "Bapak Pramuka Indonesia adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX". Layaknya Baden Powell yang di Indonesia dikenal sebagai Bapak Pramuka Sedunia dan dapat pula diucapkan sebagai Bapak Pandu Sedunia.

Pramuka di Indonesia telah melalui sejarah yang panjang. Mulai dari awal masuknya ke nusantara saat dibawa oleh penjajah Belanda dengan Netherland Indische Padvinder Vereniging (Persatuan Pandu-Pandu Belanda)-nya, berdirinya organisasi-organisasi kepanduan bumiputera seperti JPO (Javananse Padvinders Organizatie) dan JPP  (Jong Java Padvinderij), kesadaran untuk mulai menyatukan organisasi kepandunian bumiputera seperti terbentuklah KBI (Kepanduan Republik Indonesia) dan PAPI (Persatuan Antar Pandu-Pandu Indonesia), dan dilarangnya aktivitas kepanduan di masa pendudukan Jepang. Juga dinamika kepanduan di masa kemerdekaan dengan puncaknya meleburnya berbagai organisasi kepanduan dalam Gerakan Pramuka pada tahun 1961.

Rangkaian sejarah kepramukaan di Indonesia ini merupakan kesatuan sejarah yang tidak harus dipotong-potong dalam periode-periode tersendiri atau malah berdasarkan penggunaan istilah-istilah di dalamnya. Baik ketika menggunakan istilah 'padvinder', pandu, maupun pramuka, semuanya adalah satu pramuka. Dengan pemahaman ini, tentu tidak arif untuk memisahkan antara Bapak Padivinder Indonesia, Bapak Pandu Indonesia, maupun Bapak Pramuka Indonesia. Biarlah semuanya cukup satu saja, Bapak Pramuka Indonesia.

Tidak perlu lagi ada pemisahan seorang tokoh diberikan gelar "Bapak Pandu Indonesia" dan tokoh lainnya sebagai "Bapak Pramuka Indonesia". Sehingga kalau ada pertanyaan, siapakah Bapak Pramuka Indonesia, jawabnya adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Dan jika muncul pertanyaan, siapakah Bapak Pandu Indonesia, jawabnya tetap sama, Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Add Comments


EmoticonEmoticon